Jumat, 28 Agustus 2009

rima jibril

Suatu hari nama anak-ku luruh seperti Jibril
Aku buat bergesekan dengan peluh dan kerikil
Suatu hari pun aku timang teduh sambil sambil
Usir ribuan raungan batu jatuh dari ababil

Sempat bertanya sebentar pasangan yang membuahi
Yang lama hadir yang baru pergi menghindari
Lalu kapan lagi sempat bertanya hal yang-ku gagahi
Yang lama bercerita yang baru berdiam diri

Pergi nya semakin cepat saat hati belum beranjak
Pergi nya bukan ke laut pasir putih untuk di-injak
Maupun ketenangan hati yang hambar melonjak
Seperti berjalan menutup matanya bak pembajak

Gurauan mana yang sekarang aku hambai
Yang lalu di-ingat-ingat cuma menghantui
Bersama senyum dari calon Jibril yang melambai
Ini lah contoh ribuan patung mengapa di-pahati

Patung diam berdendang dalam hati dengan nada menanjak
Tetap saja tanpa kilaun kamu yang merasa aku tamak
Apa guna nada itu ku gumamkan – sepertinya sudah tidak layak
Yang aku buat hanya rima – semisal siulan dalam jeda sajak

Biar peluh dan kerikil aku kumpulkan sendiri sambil sambil diam atau berdendang sudah tak layak penting hari ini – sudah pula membatu bergumam atau memberi jeda tak pasti – biar jemari usil saja yang memahami – walaupun tiada pun hasil – biar saja – aku sendiri yang usir ababil yang usil dengan martil – dan ujung tombak yang suatu hari berbuah hasil – kalau pun tidak, biar aku saja yang mengadopsi Jibril.



imo 280809 08.57 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar